Kepercayaan lebih penting dari uang? Menolak pelanggan tidak dikenal
Kota Kyoto, yang dipadati distrik perbelanjaan dan tempat wisata, sangat nyaman dijelajahi dengan sepeda. Anda akan menemukan toko-toko berusia ratusan tahun dan penduduk setempat yang tinggal selama beberapa generasi. Di Kyoto, para tetangga saling mengenal satu sama lain, dan karena hubungan mereka kuat, rumor menyebar seperti api, tidak peduli apakah itu baik atau buruk.
Oleh sebab itu, penduduk Kyoto sangat menghargai kepercayaan. Khususnya dalam perdagangan, hubungan dengan pelanggan menjadi prioritas utama. Saking dinilai penting, beberapa toko sampai menolak pelanggan yang mereka tidak kenal (ichimi-san). Namun, para pelanggan baru ini dapat diterima jika dikenalkan oleh pelanggan lama toko tersebut. Meski sudah melonggar seiring berjalannya waktu, beberapa toko masih menerapkannya hingga sekarang.
Anda disajikan Ochazuke? Cepat pulang sebelum diusir
Ochazuke disebut juga bubu-zuke. “Bubu” berarti “teh” dalam bahasa daerah. Di Kyoto, tuan rumah terkadang menanyakan pelanggan atau tamu apakah mereka mau bubu-zuke. Apabila berkata ya, Anda dapat merusak suasana dan dianggap berhati dingin karena sebenarnya, menawarkan bubu-zuke adalah cara halus orang Kyoto meminta Anda untuk pulang.
Namun, ada teori positif yang mengartikan tradisi aneh ini sebagai cara formal dalam mengungkapkan, “Saya berharap kita bisa berbicara lebih banyak.” Seperti yang kami katakan sebelumnya, penduduk Kyoto tidak suka berkata to the point. Jadi, jika Anda ditawari ochazuke atau bubu-zuke oleh orang Kyoto, hal sopan yang harus dilakukan adalah menolak dan segera berpamitan.
Bus kota sering terlambat saat festival
Sistem transportasi di Jepang terkenal dengan ketepatan waktunya, tetapi tidak demikian untuk bus kota di Kyoto. Dibandingkan kota-kota besar lain seperti Tokyo dan Osaka, jumlah jalur kereta di Kyoto lebih sedikit. Sebaliknya, ada banyak bus yang digunakan sebagai transportasi utama—baik oleh penduduk lokal maupun wisatawan—untuk berkeliling kota setiap hari. Tidak jarang bus datang terlambat karena beberapa alasan. Misalnya, wisatawan tidak tahu kapan harus beralih bus, bagaimana cara membayar ongkos, atau bagaimana menyimpan barang besar.
Penduduk Kyoto tidak terlalu mengenali kota mereka sendiri
Kyoto adalah destinasi wisata yang penuh dengan keajaiban sejarah. Di sini terdapat Monumen Bersejarah Kyoto Kuno, Situs Warisan Dunia UNESCO yang mencakup 17 kuil Buddha, Kuil Shinto, kastil, dan monumen lainnya. Secara keseluruhan, ada 800 kuil Shinto dan 1.700 kuil Buddha yang resmi terdaftar di kota ini. Ditambah lagi, berkat peran panjangnya sebagai ibu kota Jepang, Kyoto memiliki banyak bangungan, jalan, dan peninggalan masa lalu yang bernilai historis.
Namun, terlepas dari kekayaan sejarahnya, orang-orang yang lahir dan menjalani hidup di sana ternyata tidak tahu tentang keberadaan tempat-tempat itu. Mungkin karena bagi mereka, semua hanyalah bagian dari pemandangan Kyoto sehari-hari. Meskipun sebenarnya beberapa tempat tersebut cukup terkenal. Sama halnya dengan fakta bahwa ada banyak penduduk Tokyo yang belum pernah pergi ke Tokyo Tower.
Musim panas yang lembab, dan musim dingin yang super dingin
Kyoto terletak di daerah lembah yang jarang turun hujan. Akibatnya, perbedaan suhu antara musim panas dan musim dingin, serta siang dan malam, bisa menjadi ekstrem. Pegunungan di sekitar Kyoto menghalangi angin sehingga menyebabkan kelembapan dan panas terik di musim panas. Kemudian, selama musim dingin, udara dingin mengendap di dasar lembah dan membuat kota menjadi sangat dingin.
Anda memerlukan pengetahuan yang tepat untuk bertahan dalam cuaca ekstrem seperti itu. Di musim panas, gunakan bantal dan seprei yang terbuat dari bahan halus, dan gantunglah lonceng angin agar tetap sejuk. Di musim dingin, konsumsi banyak sayuran lokal yang bergizi untuk menjaga stamina Anda. Ada pula acara tradisional yang diadakan setiap bulan Desember. Di acara-acara tersebut, Anda bisa mencicipi hidangan rebus seperti “Daikon-daki” dan “Kabocha Kuyo” yang dibuat menggunakan sayuran.