Budapest, Parisnya Eropa Tengah dan Timur

Bagi pecinta karya-karya komponis besar Johann Strauss II, tentu kita tidak asing lagi dengan komposisi berirama waltz yang berjudul An der schönen blauen Donau (Blue Danube) yag sangat terkenal itu dan acapkali dianggap sebagai lagu kebangsaan tidak resminya Austria. Akan tetapi tahukah anda bahwa Budapest yang dibelah oleh sungai Danube menjadi Buda dan Pest ini merupakan satu-satunya kota di Eropa di mana kedua tepi sungai Danube berada?

Buda merupakan tempat bermuaranya tepi barat sungai Danube, sedangkan Óbuda yang merupakan bagian dari Pest merupakan muara tepi timur dari sungai Danube. Buda dan Pest sendiri dihubungkan dengan 9 buah jembatan yang mempunyai nama dan keunikan masing-masing. Namun jembatan yang utama dan terkenal itu adalah Chain Bridge ( Lance híd dalam bahasa setempat). Untuk membedakan Buda dan Pest sangat mudah, karena Buda mempunyai lanskap berbukit-bukit dan banyak daerah perumahan sedangkan Pest lebih datar dan merupakan pusat perkantoran, perbelanjaan, serta pusat kota (centrum).

Orang bilang Budapest itu gerbang masuk ke Eropa Timur. Namun jangan kaget dan merasa tersesat di planet lain saat pertama kali menjejakkan kaki di kota cantik yang sudah ada ketika suku bangsa Hun datang pada abad ke-9 silam, sebab tidak banyak orang lokal yang bisa berbahasa Inggris, sementara papan-papan jadwal transportasi umum pun hanya dilengkapi dengan bahasa Hungaria dan Jerman saja.

Maklum saja dalam masa Perang Dunia I dan II, Hungaria bersekutu dengan Jerman, dan pada era perang dingin, negara ini merupakan bagian dari Blok Timur, jadinya Bahasa Inggris baru menjadi bahasa asing wajib di sekolah ketika gerakan demokrasi masuk di tahun 1989/1990.  Akibatnya, banyak turis asing kerap mengajukan pertanyaan ‘Do you speak English?’ sebelum menanyakan sesuatu.

Namun perasaan terasing akan sedikit hilang karena tata-krama orang Hungaria yang selalu memberi salam sebelum memulai percakapan, seperti selamat pagi (jó reggelt kivánok), selamat siang (jó napot kivánok), dan seterusnya, seakan mengingatkan kita akan tata-krama bangsa kita sendiri.

Hal lain yang membuat kita tidak terlalu merasa terasing adalah cita rasa masakan setempat yang ‘sangat pedas menurut lidah Eropa’ karena selalu ditambah paprika. Saking terkenalnya paprika, tak heran jika kita dapat menemukan beraneka bentuk paprika yang dijadikan cendera mata.

Berbagai restoran, terutama di daerah turis menyajikan menu andalan Hungarian goulash (gulyás) yang sangat terkenal itu. Namun, jangan lewatkan sop ikan mereka, halászle, atau penganan ringan palacsinta (pancake dengan aneka isi) dan lángos (roti goreng datar yang dicelupkan dalam minyak mendidih dan bisa dimakan begitu saja atau diolesi dengan bawang putih, keju, dan lain-lain.

Sc : https://republika.co.id/berita/mjajjj/budapest-parisnya-eropa-tengah-dan-timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *